Kesombongan.
Orang yang sombong biasanya memiliki tujuan untuk memuaskan perasaannya.
Ia ingin diapresiasi atau mendapat validasi dari orang lain. Intinya orang yang sombong umumnya merasa bahwa dirinya tidak dihargai.
Hal ini dapat ditekan bila ada orang-orang disekitarnya yang bisa menghargai keberadaan dan prestasinya.
Jika tidak, maka orang tersebut akhirnya menyombongkan dirinya di depan lebih banyak orang.
Yang jadi masalah juga adalah orang terdekat umumnya tidak bisa mengapresiasi jika prestasi yang diraihnya tidak masuk akal atau diraih dengan cara yang tidak masuk akal.
Namun, kadang kala memamerkan kelebihan juga dapat menjadi personal branding dan marketing.
Melawan kesombongan itu susah.
Karena ini bukan hal yang terkait dengan teknik, melainkan aspek psikologis dan mental.
Sehingga tidak ada rumus yang paten dan perlu dilatih berulang-ulang melalui banyak pengalaman.
Kesombongan dapat mengakibatkan seseorang memanipulasi kapasitas dirinya (yang sebenarnya belum layar, tetapi ingin dianggap sangat layak).
Selain itu kesombongan juga dapat memberikan kepercayaan diri yang berlebihan.
Akibatnya seseorang yang sombong terlalu percaya diri dan besar kemungkinan bisa melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Kadangkala, kesombongan adalah fase yang memang harus dilewati dan dialami, khususnya bagi orang yang sedang mengalami beginner’s luck.
Masalah lainnya dari kesombongan adalah yang tahu hanya orang yang melakukannya, niat yang sebenarnya tidak benar-benar diketahui oleh orang lain.
Sama seperti tulisan yang acak-acakan ini, saya sekadar ingin meluapkan isi pikiran saya.
Karena saya juga pernah menjadi orang yang ada di fase begginer’s luck.
Saya juga pernah menjadi orang yang dalam momen tertentu sombong yang membuat saya menjadi orang yang tamak dan blunder dalam mengambil keputusan.
Namun bagi orang lain, tulisan saya ini juga bisa dianggap sombong atau “sok pinter”.
Meskipun itu hanya persepsi dan tidak ada yang benar-benar tahu selain diri saya sendiri.