Kenapa Kita Suka Menunda Pekerjaan?

Kamu pernah nggak sih pengen ngelakuin sesuatu entah itu tugas maupun pekerjaan tapi kaya susah banget mulainya. Padahal kita tau itu kewajiban kita bahkan kita juga tahu kita bisa melakukannya.

Kalau pernah berarti kita sama, haha. Aku yakin sih banyak yang pernah ngalamin kaya gitu. Jangan-jangan sekarang juga lagi kaya gitu? hayooo.

Alih-alih melabeli diri sendiri menjadi seorang pemalas ada baiknya kamu membedah dulu nih, apa sih penyebab kamu menunda-nunda suatu pekerjaan?.

Untuk menemukan jawabannya kamu bisa coba baca enam hal yang menurutku membuat seseorang senang menunda-nunda. Keenam penyebab ini akan aku jabarkan beserta solusinya.

Solusi-solusi ini aku dapatkan dari membaca buku, membaca artikel, menonton beberapa video di YouTube, dan juga hasil dari pemikiranku.

Langsung aja yuk baca lebih lanjut…

6 Alasan Kita Suka Menunda-nunda Pekerjaan

1. Tidak Punya Tujuan

Alasan yang pertama kita tidak punya tujuan yang jelas. Entah itu dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Memang sih hidup mengikuti alur seperti air mengalir bisa membuat kita lebih lega, tetapi dengan tidak punya tujuan kita tidak tahu arahnya mau kemana.

Karena arahnya kita tidak maka kita juga tidak mengerti hal apa saja yang harus dikerjakan sehingga mencapai target. Yang kita rasakan menjadi hampa ketika mengerjakan sesuatu, bahkan kita mungkin berpikir apakah yang kita kerjakan saat ini worth it apa engga ya?…

Solusi:

Buat tujuan, dari beberapa buku yang aku baca dan konten di internet yang aku pelajari ternyata mempunyai tujuan/goals itu sangat penting. Selain memberitahukan kita tentang apa saja yang harus kita kerjakan tapi juga bermanfaat untuk melihat apakah kita masih di jalur yang benar.

Tentu saja tujuan ini tidak harus kaku, khususnya dalam jangka pendek. Sebab bisa jadi di kehidupan kita mendapatkan sebuah pengalaman yang mengubah sudut pandang kita terhadapat tujuan yang sudah kita buat lebih awal.

Maka dari itu boleh bagi kita untuk merevisi goals kita setiap sekian waktu sekali. Tentu saja salah satunya supaya lebih realistis untuk mencapainya.

Kalau di buku Simon Sinek yang berjudul Start With Why kita perlu mengentahui alasan kita mengerjakan suatu hal. Setelah itu how akan mengikuti dengan sendirinya. Mengetahui dengan jelas apa alasan kita mengerjakan sesuatu itu sangat penting.

2. Tidak Punya Prioritas

Menentukan prioritas itu sangat penting, mengapa demikian?… Setelah kamu membuat goals jangka panjang maka kamu biasanya akan menemukan banyak hal yang harus kamu lakukan untuk mencapai goals tersebut.

Karena saking banyaknya, mustahil bagi kita untuk mengerjakan semuanya dalam waktu yang bersamaan. Ini justru membuat hidup kita menjadi lebih berantakan karena kita tidak fokus. Tidak fokus seperti ini seperti ketika kita multitasking, apa yang kita kerjakan menjadi kurang maksimal bahkan tidak bisa menyelesaikannya.

Solusi:

Tetapkan prioritas. Jangan terlalu banyak mengerjakan banyak hal secara bersamaan. Bisa dimulai dari yang paling penting dahulu, misalnya kalau aku pribadi membaca buku adalah kewajiban yang harus aku lakukan. Maka dari itu membaca buku menjadi prioritas aku dalam sehari-hari.

Kemudian hal-hal lain juga dilakukan, tetapi dengan porsi yang tidak terlalu banyak. Dari beberapa buku seperti Master Your Time Master Yout Life idealnya kita mempunyai tiga prioritas utama dalam sehari yang kita masukan dalam to do list untuk membantu kita menuju ke goals.

Sedikit saja, asal konsisten hingga terbentuk kebiasaan. Jika ada beberapa prioritas yang memang sudah diselesaikan barulah kita memprioritaskan yang lain.

3. Ingin Mendapatkan Hasil Signifikan secara Instan

Ini sangat berkaitan dengan poin nomor dua, Seringkali kita berpikiran tentang bagaimana caranya mencapai goals kita secara instan. Hal ini memang sangat lumrah terjadi, apalagi kita hidup di mana sudah ada yang namanya media sosial.

Tanpa disadari kita sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang pencapainnya sudah lebih dari kita. Mungkin ini membuat semangat kita menjadi menggebu-gebu. Akibatnya kita dengan entengnya membuat goals dan prioritas dengan tidak realistis.

Lalu apa yang terjadi? kita mungkin akan ngegas di awal ketika melakukan sesuatu. Tetapi di beberapa hari berikutnya kita menjadi loyo dan kehilangan semangat karena tahu bahwa prosesnya ternyata memang tidak instan.

Solusi:

Lakukan breakdown terhadap apa yang kita kerjakan lebih detail. Ini memudahkan kita dalam melakukan sesuatu dengan porsi yang kecil terlebih dahulu. Kemudian kita bisa melakukannya secara konsisten.

Dari buku Atomic Habbit dan The Power of Habit aku mendapati bahwa sebaiknya kita membuat langkah kecil yang bahkan kita sanggup mengerjakannya saat kondisi paling malas. Tetapi ini kita lakukan dalam waktu beberapa bulan. Setelah terbiasa baru kita naikkan lagi level dari apa yang sudah kita lakukan.

Jika dalam konteks tugas jangka pendek melakukan breakdown juga sangat bermanfaat. Salah satu hal yang membantu aku adalah dengan menuliskannya. Menuliskan apa saja yang harus aku lakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan membuat kita lebih jelas tentang apa yang kita kerjakan.

4. Terlalu Banyak Waktu Luang

Alasan yang ketiga adalah terlalu banyak waktu luang yang kita miliki. Untuk poin ini mungkin lebih relate jika dikaitkan dengan konteks tugas jangka pendek yang memiliki deadline. Misalnya saja kita mendapatkan suatu tugas yang harus selesai dalam waktu satu minggu.

Kita jadi berpatokan dengan waktu deadline dan lebih senang mengerjakan ketika mepet deadline karena saat mendekati deadline kita sudah tidak ada pilihan. Tetapi apa akibatnya?

Akibatnya adalah apa yang kita kerjakan tidak maksimal karena waktu yang sempit. Selain itu kadangkala waktu yang kita sisihkan untuk mengerjakan juga tidak sesuai ekspetasi.

Solusi:

Solusinya tentu saja buat deadline untuk hal yang sampai saat ini kita belum buat deadlinenya. Dalam konteks tugas yang sudah memiliki deadline maka kita buat deadline itu sependek mungkin. Tentu saja harus realistis ya.

Ada juga yang namanya Parkinson’s Law. Teori ini juga yang menjadi rahasia Elon Mask selama ini. Berikut penejelasannya yang aku kutip dari Wikipedia.

Kaidah Parkinson adalah sebuah teori yang menjelaskan ‘Pekerjaan berkembang sedemikian rupa agar waktu yang tersedia untuk menyelesaikannya terpenuhi’. Parkinson mengemukakan bahwa orang cenderung mengada-ngadakan pekerjaan untuk mengisi waktu.

Kaidah ini diutarakan oleh Dr. Northcote Parkinson, seorang ahli teori administrasi berkebangsaan Inggris dalam karya tulisannya Parkinson’s Law, or The Rising Pyramid (1957) meskipun semula tulisannya tersebut hanya dimaksudkan sebagai suatu sindirian, ternyata kemudian tulisannya tersebut berhasil mengungkapkan penyakit – penyakit yang umum dijumpai dalam berbagai organisasi birokrasi.

Berikut adalah beberapa video tentang Parkinson Law yang bisa kamu pelajari.

5. Distraksi

Distraksi tentu sudah tidak asling lagi kita dengar. Distraksi adalah sesuatu yang mengganggu kita dalam mengerjakan suatu hal. Distraksi bisa berupa aktivitas maupun alat. Contonhya saja smartphone dengan media sosial yang ada di dalamnya.

Sebagai manusia yang hidup di zaman seperti ini pasti kita sering kali enggan berjauhan dengan smartphone. Bahkan banyak orang yang sudah kecanduan dan tanpa disadari menghabiskan banyak waktu untuk hal-hal yang sebenarnya tidak penting seperti scroll medsos maupun lihat notifikasi *padahal juga gak ada yang ngechat.

Ini juga membuat tubuh kita melepaskan dopamine. Dopamine ini sebenarnya harus kita gunakan secara bijak dengan melepaskannya ketika sudah mengerjakan hal-hal yang memang seharusnya dikerjakan.

Tapi pada faktanya tidak demikian dan dengan begitu otak kita terbiasa mendapatkan kesenangan yang instan. Bahanya kita menjadi sukar mengerjakan hal-hal yang membutuhkan proses lebih lama.

Solusi:

Jauhkan hal-hal yang memicu distraksi. Contoh saja smartphone, maka kamu bisa mencoba dengan mematikan dan meletakkannya di tempat yang sulit kamu jangkau saat mengerjakan sesuatu. Ini cukup efektif menurut pengalaman aku pribadi.

Selain itu kamu bisa mencoba yang namanya dopamine detox. Apa itu? simpelnya dopamine detox adalah salah satu metode untuk mereset ulang pikiran kita tentang cara kerja otak yang gampang mengeluarkan dopamine secara instan dengan hal-hal yang tidak seharunysa.

Untuk mempelajari lebih lanjut silahkan tonton videonya berikut ini.

6. Kita Sadar Sedang Mengambil Resiko

Kita memang secara sadar menganggap hal yang harus kita lakukan bukan hal yang paling penting buat hidup kita. Ini terjadi pada aku pribadi. Aku sadar memang hidup gak akan selalu seperti yang kita mau, tetapi ini sedikit sulit kasusnya jika aku punya cara sendiri untuk mencapai goals.

Hasilnya yang terjadi adalah aku menjadi sering mengesampingkan tugas-tugas yang menurut aku pribadi tidak perlu aku lakukan tetapi karena sebuah tuntutan harus dilakukan. Misalnya saja saat kuliah di DKV, sebenarnya aku hanya ingin mempelajari beberapa hal dari keseluruhan mata kuliah yang ada.

Akan tetapi mau tidak mau aku harus mengerjakan semua tugas dari semua mata kuliah untuk bisa lulus dari kuliah. Di saat yang bersamaan aku juga tau dan sedang melakukan hal-hal lain yang menurutku lebih penting.

Ini cukup rumit buat aku pribadi. Saat ini juga aku sebenarnya belum menemukan cara pasti untuk mengatasinya. Poin keenam aku tulis untuk mengajak kalian berdiskusi. Mungkin saja ada yang punya sudut pandang berbeda dan solusi yang berbeda.

Solusi:

Sebelum kamu memilih sebuah jalan cari tahu dahulu apa yang akan kamu hadapi di jalan tersebut hingga menuju persimpangan selanjutnya. Karena akan sulit bagi kita ketika kita sudah berada di tengah jalan dan ternyata mendapai hal-hal yang menurut kita menjadi tantangan dan tidak membawa menuju goals.

Analoginya begini, ketika kita sudah masuk jalan tol dan kita berharap menemukan sebuah pom bensin tapi pada kenyataanya sudah sampai tengah jalan tetapi kita justru menemukan sebuah rest area apa yang terjadi? tentu saja kita akan sedikit bimbang. Apakah bahan bakar kita cukup untuk mencapai ujung tol? apakah rest area tanpa pengisian bahan bakar membantu kita?.

Sedangkan untuk berbalik arah ke persimpangan sebelumnya sudah cukup jauh dan untuk mencapai persimpangan lagi juga tidak mudah. Maka dari itu ada baiknya kita mempertimbangkan jalan mana yang harusnya kita lalui sebelum masuk ke jalur tersebut.

Penutup

Itulah keenam alasan mengapa kita suka menunda-nunda suatu pekerjaan. Setelah mengetahui beberapa poin di atas aku berharap artikel ini dapat membantu kebuntuan kalian selama ini.

Tidak lupa juga aku sampaikan lagi kalau keenam poin di atas berangkat dari pengalaman aku pribadi yang kemudian aku sambungkan dengan beberapa pendapat orang lain dari berbagai buku dan konten.

Sehingga artikel ini bisa kamu jadikan sebagai hipotesis awal, untuk prakteknya tentu saja sesuai dengan kondisi kalian masing-masing.

Sekian, terima kasih.

Rekomendasi Buku Terkait

  • Master Your Time Master Your Life – Brian Tracy
  • The 7 Habits of Highly Effective People – Stephen Covey
  • The Power of Habit – Charles Duhigg 
  • Atomic Habits – James Clear
Share this:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *