Holder Kripto dan Emas Keluar Gua, Pedagang Saham Cuankus

Ingat bahwa sifat berita itu leggards. Walaupun Indonesia sendiri sebenarnya tetap tangguh menghadapi kondisi ekonomi kaya gini.

Inilah yang namanya siklus, ketika 2020-2021, uang itu murah. Dalam artian ketika Bank Sentral mencetak uang, maka value dari uang akan turun. Pinjam uang di bank bisa dapat bunga nyaris 0%. Masa di mana banyak start up bermunculan dan bakar duit habis-habisan dengan harapan bisa cuan di masa yang akan datang.

Sisa uang lainnya, masuk ke pasar saham dan kripto. Dua-duanya sedang ada di fase bullish. Pasar saham mengalami recovery, sementara perusahaan raksasa sudah menyisihkan sebagian uangnya ke pasar kripto.

Namun di tahun 2023 ini, setelah adanya sentimen perang Rusia dan Ukraina, ditambah dengan value dari uang yang tidak kunjung naik, maka pasar bisa lesu kembali (khususnya di sektor teknologi dan bakar duit).

Hal itu terkait juga dengan keinginan Bank Sentral untuk menjaga value dengan menaikkan suku bunga, sementara di Indonesia agak telat dan ada ditengah ketidakpastian politik membuat asing outflow dari IHSG.

Sementara di BTC dan asset kripto yang memiliki fundamental bagus lainnya, maka BTC setara dengan emas yang supply-nya terbatas dan bisa menjadi asset defensif yang baik.

Melihat chart dari IHSG di atas, terlihat jelas bahwa asing menarik dana dari IHSG, banyak perusahaan Tbk mengalami penurunan harga dan mungkin yang masih akan dijaga adalah sektor bank dan consumers (yang dalam kondisi mau bagaimanapun tetap dibutuhkan).

Saya teringat bahwa harga rokok dalam setahun terakhir sudah mengalami kenaikan pelan-pelan hingga rata-rata sekitar 25%.

Jika itu tidak terjadi, maka ketika dengan kondisi ekonomi saat ini tiba-tiba mereka menaikkan harganya secara langsung (tidak dari dulu dan pelan-pelan), para konsumen akan berisik.

Sementara di atas adalah chart dari Bitcoin yang merupakan asset kripto dengan fundamental terbaik. Di tengah kondisi seperti ini justru mendapatkan sentimen positif.

Maka gak heran kalau sekarang, “si paling jago kripto” dan “sales emas” mulai ramai ditemukan di masyarakat.

Sementara “si jago saham” mulai mengamati kapan waktu terbaik untuk kembali mencicil saham dari emiten yang menarik kedepannya. Orang awam umumnya akan rugi ketika masuk di dunia saham dalam kondisi seperti ini, (kecuali dia begginer’s luck).

Sementara pedagang saham (trader), mau tidak mau harus menyesuaikan strategi khususnya dari swing (jual beli dalam rentang waktu beberapa minggu) menjadi beberapa hari, harian, bahkan scalping (cuan bungkus).

Hal ini terjadi karena trend harga pasar saham memang bearish (untuk beberapa waktu ke depan).

Yang mungkin menjadi pertanyaan, apa bedanya dengan 2020-2021, saat harga saham naik dan kripto juga naik secara bersamaan?

Jawabannya adalah isu yang melatar belakanginya berbeda.

Pada tahun 2020-2021, kenaikan pasar saham dan kripto terjadi karena Bank Sentral mencetak uang dengan harapan mengembalikan perputaran ekonomi secara global karena kasus virus COVID19.

Sementara pada tahun 2023-selanjutnya, kenaikan pasar kripto dan emas terjadi karena “value” dari uang FIAT (kertas) yang ternyata tidak kunjung naik atau justru terus mengalami depresiasi.

Maka strategi Bank Sentral bukan lagi mencetak uang, melainkan menaikan suku bunga demi menjaga value dari uang kertas, namun hal ini memerlukan waktu di tengah ketidak pastian ekonomi global sehingga banyak orang dan holding company melakukan diversifikasi asset ke instrumen yang dianggap “aman”.

Intinya

  • semua ada siklusnya.
  • ingatlah bahwa, peluang tidak bisa ditangkap melalui mata atau telinga, peluang ditangkap melalui pikiran.
  • sering kali bukan barang yang kita beli yang harganya naik, namun bisa jadi “value” dari uang kertas yang kita pegang yang turun.
Share this:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *